Bagaimana kita menilai “Bilangan nol”?
1)
Bilangan yang tak dianggap kalau sendiri, atau disebelah kiri bilangan
tertentu, tapi sangat penting kalau ada di sebelah kanan. Ya… itulah bilangan
nol.
Dunia boleh mengecam atau memuji Al –Kawarizmi, karena dialah sang
pencetus bilangan nol- yang ditakuti ketika exam-. Tanpa ‘nol’ berapa banyak
angka yang harus dituliskan pada selembar mata ang, betapa lelah para akuntan
menghitung neraca…. Dsb.
Nol, penyebab
komputer macet
Pelajaran tentang
bilangan nol, dari sejak zaman dahulu sampai sekarang selalu menimbulkan
kebingungan masyarakat pengguna. Mengapa? Bukankah bilangan nol itu mewakili
sesuatu yang tidak ada dan yang tidak ada itu ada, yakni nol. Siapa yang tidak
bingung? Tiap kali bilangan nol muncul dalam pelajaran Matematika selalu ada
ide yang aneh. Seperti ide jika sesuatu yang ada dikalikan dengan 0 maka
menjadi tidak ada. Mungkinkah 5*0 menjadi tidak ada? (* adalah perkalian). Ide
ini membuat orang frustrasi. Apakah nol ahli sulap?
Lebih parah
lagi-tentu menambah bingung-mengapa 5+0=5 dan 5*0=5 juga? Memang demikian
aturannya, karena nol dalam perkalian merupakan bilangan identitas yang sama
dengan 1. Jadi 5*0=5*1. Tetapi, benar juga bahwa 5*0=0. Waw. Bagaimana dengan
5o=1, tetapi 50o=1 juga? Aturan lain tentang nol yang juga misterius adalah
bahwa suatu bilangan jika dibagi nol tidak didefinisikan. Maksudnya, bilangan
berapa pun yang tidak bisa dibagi dengan nol. Komputer yang canggih bagaimana
pun akan mati mendadak jika tiba-tiba bertemu dengan pembagi angka nol.
Bilangan nol:
tunawisma
Bilangan disusun
berdasarkan hierarki menurut satu garis lurus. Pada titik awal adalah bilangan
nol, kemudian bilangan 1, 2, dan seterusnya. Bilangan yang lebih besar di
sebelah kanan dan bilangan yang lebih kecil di sebelah kiri. Semakin jauh ke
kanan akan semakin besar bilangan itu. Berdasarkan derajat hierarki (dan
birokrasi bilangan), seseorang jika berjalan dari titik 0 terus-menerus menuju
angka yang lebih besar ke kanan akan sampai pada bilangan yang tidak terhingga.
Tetapi, mungkin juga orang itu sampai pada titik 0 kembali. Bukankah dunia ini
bulat? Mungkinkah? Bukankah Columbus mengatakan bahwa kalau ia berlayar
terus-menerus ia akan sampai kembali ke Eropa?
Lain lagi. Jika
seseorang berangkat dari nol, ia tidak mungkin sampai ke bilangan 4 tanpa
melewati terlebih dahulu bilangan 1, 2, dan 3. Tetapi, yang lebih aneh adalah
pertanyaan mungkinkan seseorang bisa berangkat dari titik nol? Jelas tidak
bisa, karena bukankah titik nol sesuatu titik yang tidak ada? Aneh dan sulit
dipercaya? Mari kita lihat lebih jauh.
Jika di antara dua
bilangan atau antara dua buah titik terdapat sebuah ruas. Setiap bilangan
mempunyai sebuah ruas. Jika ruas ini dipotong-potong kemudian titik lingkaran
hitam dipindahkan ke tengah-tengah ruas, ternyata bilangan 0 tidak mempunyai
ruas. Jadi, bilangan nol berada di awang-awang. Bilangan nol tidak mempunyai
tempat tinggal alias tunawisma. Itulah sebabnya, mengapa bilangan nol harus
menempel pada bilangan lain, misalnya, pada angka 1 membentuk bilangan 10, 100,
109, 10.403 dan sebagainya. Jadi, seseorang tidak pernah bisa berangkat dari
angka nol menuju angka 4. Kita harus berangkat dari angka 1.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar