Selasa, 31 Maret 2020

Belajar menulis dari Ibu Eighty's Milenial 


Gambar diambil dari WAG Belajar Menulis Gelombang 7

Inilah Ibu Eighty's Milenial, Ibu Sri Sugiastuti nara sumber Perttemuan keempat Belajar Menulis yang diasuh oleh Om Jay.

Untuk menjadi seorang penulis yang 'branded', bukan sekejap. Tetapi penuh liku - liku. Dalam blognya Ibu Sri menceritakan sebuah proses yang teramat panjang untuk menjadi seorang penulis. Pertemuan tersebut dapat diringkas sebagai berikut:
1. Berani memulai. Langkah awal menentukan  arah tujuan kita menjadi penulis.
2. Berani tantangan. Ibarat seorang bayi yang baru berjalan, tidak mungkin selangkah dua langkah langsung bisa berjalan mahir. Demikian pula dengan menulis. Tulisan yang kita anggap bagus belum tentu bisa dinikmati oleh orang lain. Oleh itu diperlukan  sebuah penilaian oleh orang lain. Untuk memperoleh suatu timbangan tulisan, kita harus aktif pada suatu komunitas. Sperti komunitas om Jay.
3. Berani bertanya. Ketika tulisan kita telah 'matang' dan banyak artikel yang telah kita buat, saatnya kita membuat buku. Banyak langkah yang kita lalui. Alhamdulillah Ibu Sri menjelaskan proses dan mu membantu pengarahkan proses tersebut.
4. Berani ikhlas. Kadang proses menjadi buku menemui banyak kendala, seperti yang tertuang dalam blog Ibu Sri. Bekali diri dengan ikhlas. pasti akan diganjar kebaikan pada suatu saat.
5. Berani sukses. Bila langkah 1 sampai dengan 4 telah kita lalui, saatnya kita raih kesuksesan tanpa melupakan syukur nikmat yang Allah berikan.

Semoga kita selalu diberkahi kesehatan fisik dan jiwa sehingga bisa terus berkarya

Senin, 30 Maret 2020

Membangun Personal Branding


Personal Branding -selanjutnya disingkat PB- atau unjuk diri adalah salah satu cara menaikkan bergaining position kita pada market dimana kita berada. PB bertujuan menanamkan ke dalam long term memory seseorang dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan PB kita. Misal ayam goreng tepung, PBnya KFC. Kopi asosiasinya Starbuck.

Di jaman digital kini, walaupun semakin mudah orang membuat situs, blog, bahkan apps, tapi membuat branding semakin sulit. Kalaupun berhasil PBnya, usahanya 'tinggal kenangan'. Diperlukan terobosan agar kita mendapatkan PB yang tepat.

Pada pertemuam ketiga Kursus maya Belajar Menulis Gelombamg 7 ini, Pak Namin memberikan ilmu dan tips agar PB kita dikenal melalui pemberdayaan blog. Diantaranya:
1. Menulis blog harus sesuai passion kita.
2. Gunakan kekuatan 'keyword'. Ketik sebanyak- banyaknya kata kunci yang terkait tulisan di blog kita.
3. Dandani tampilan blog kita agar eye catching
4. Usahakan merilis tulisan setiap hari, jangan jadikan blog kita seperti komplek pemakaman. Sepi.
  Terakhir, jangan jadikan blog untuk mencari uang, jadikan ia ekspresi jiwa dan diri kita.

Waryanto
SMP Keluarga Widuri
Cilandak Jakarta Selatan 
PENTIGRAF

Pemateri : Rosiana Febriyanti

Cerpen Tiga Paragraf harus memuat unsur-unsur:
1. Cerita singkat beralur
2. Paragraf pertama penggambaran singkat cerita.
3. Paragraf kedua berisi konflik atau antitesa paragraf pertama
4. Paragraf ketiga penutup. Usahakan mengandung unsur kejut atau unpredictable
5. PUEBI tetap menjadi dasar hukum penulisan

Resume Belajar Menulis Gelombang 7 Pertemuan Pertama


            Pada pertemuan pertama “Belajar Menulis Gelombang 7” yang diasuh oleh master kita, yaitu Bapak Wijaya Kusumah atau akrab disapa Om jay, saya tidak yakin bisa menulis. Bayangkan, hanya disajikan gambar sepiring siomay kita harus bisa menulis tiga alenia yang terdiri dari pembuka, inti dan penutup. Awalnya saya mau left saja. Nyerah.
            Pada pukul 20.00, tiba-tiba HP saya berbunyi terus-terusan. Segera saya raih. Saya kira ada telpon yang masuk. Ternyata WA Group Belajar menulis diberondong notif hingga ratusan. Saya baca, wah masa saya enggak bisa seperti mereka. Segera saya ketik di note HP, segera saya kirim ke nomor HP Om Jay. Selesai, pikir saya. Saya coba baca lagi karya teman-teman yang lain. Wah, beragam sekali tulisannya. Gak nyangka dari sebuah gambar menghasilkan berates karya ‘3 Alenia’.
            Kita udah seneng bisa menghasilkan tulisan. Tapi semakin membaca karya anggota grup, semakin kita tersadar bahwa practice make perfect. Saya semakin ingin belajar menulis. Selama ini kita membaca koran, buku, media daring, dan lainnya dengan santai, mengalir. Ternyata dibalik tulisan yang indah terdapat usaha yang keras untuk menciptakannya
            Terima kasih Om Jay..

GUNUNG


Bagi orang kebanyakan tinggal di gunung itu sangat menyenangkan. Udara segar, hijau pepohonan, gemericik air sungai, dan berjuta keindahan lainnya. Bagiku tidak.

Gunung itu sumpek, pengap, bising. Hampir dua puluh empat jam hingar bingar. Tak ada tempat yang tenang. Tak ada hijau pepohonan.

Bohong kalau gunung itu tempat tujuan wisata. Seperti yang selalu ditayangkan di televisi. Aku ingin pindah dari gunung. "Elu mau pindah kemane tong. Pan elu udah lama tinggal di Gunung Sahari". Kata engkong.

Waryanto
Cilandak, Jakarta Selatan 

FROM KETOPRAK TO FRIENDSHIP


"Mas, ketopraknya dua!". Kataku. 5 Januari 2005, aku baru saja pindah status dari 'kontraktor' menjadi 'orang komplek'. Segera percakapan ringan mengalir selagi pesananku dibuat. Ia bertanya mengenai kepindahanku. Ya, abang ketoprak itulah orang yang pertama kali aku ajak ngobrol di komplek ini.

Minggu-minggu berikutnya, tepatnya hari minggu, aku selalu sarapan dengan ketoprak. Ada yang berbeda dengan 'taste' dan bumbunya. Lebih mengena di lidah dan perut tentunya. Bumbu kacangnya asli tanpa tambahan bahan lain. Selain bawang putih ditambahkan pula bawang merah. Taugenya sama dengan tauge untuk laksa. Tahunya selalu hamgat diambil dari wajan. Pokoknya mak nyus.

Suatu hari hari asistenku mengabarkan bahwa mas-mas ketoprak tertabrak truk tronton dan tidak tertolong. Ingin takziyah tapi tidak tahu rumahnya. Akhirnya hanya untaian doa yang hanya bisa kupanjatkan.

Dua bulan telah berlalu sejak kabar duka tersebut. Di pagi minggu itu aku belum sarapan. Sambil menunggu istri membuat dan menyiapkan sarapan, aku membersihkan rumput liar di sekitar rumahku. Sayup-sayup kudengar nada yang kukenal. Ah, gak mungkin itu. Paling efek lapar jadi mikir yang enggak-enggak. Makin lama nada itu makin dekat. Kotoleh ke arah ujung belokan, tiba-tiba muncul gerobak ketoprak yang belum pernah kulihat. Tapi aku kenal sosok dibelakang gerobak itu. "Ini mas ketoprak kan?". Tanyaku. Iya mengangguk. Segera aku pesan seperti biasanya. Ternyata kabar tersebut hanya kabar yang tidak sempurna. Gerobaknyalah yang tidak tertolong. Masnya sempat menghindar. Alhamdulillaah.

Waryanto,
Cilandak, Jakarta Selatan

SIOMAY DAN SILUET

Siang itu, setelah lelah berjibaku pada kewajibanku mengajar di sebuah sekolah menengah di daerah perbatasan antara Keluraham Lebak Bulus dan Kelurahan Cilandak, langkahku terhenti, walau baru satu dua langkah melewati gerbang sekolah. Tiba tiba mataku tertuju pada gerobak yang lama tak singgah di tempat biasanya. "Pak guru, Pak..Pak." ada suara yang kukenal di balik gerobak itu. " Eh mang cecep", balasku. "Pak guru kemana motornya? Kok jalan sorangan?", tanya pedagang tersebut. "Biasa, lagi di servis", jawabku sekenanya. "Mampir Pak guru", pinta mang Cecep. "Ini mau ke sana", timpalku.

   Mungkin jarak dari gerobak itu dengan posisiku hanya sepuluh sebelas langkah, namun setiap langkah kakiku menarik lembar demi lembar masa lalu ke hadapanku. Ya, sebelum menjadi guru aku adalah tukang siomay dengan gerobak dan posisi jualan yang sama dengan saat ini. Aku mengawali kehidupanku di Ibukota lima belas tahun yang lalu. Berbekal niat tanpa kecakapan aku 'nyasar' menjadi tukang siomay. Pahit, manis, asin berjualan telah aku lalui.

   Sampai akhirnya seorang langgananku, sekaligus tempatku menimba ilmu, mengatakan ada lowongan guru matematika di SMP di depan tempatku berdagang. Oh ya, aku adalah lulusan institut keguruan swasta di daerahku. Singkat cerita, aku diterima mengajar. Karena siomayku 'berkarakter', aku harus mencari orang pengganti yang ulet, minimal sama denganku. "Cecep, ya Cecep orangnya", gumamku. Tetangga kampungku yang selalu rajin ke masjid.  "Mau gak dagang siomay di Jakarta? Entar tinggalnya sama saya aja dulu", pintaku. "Mau Pak", sahut Cecep. " Tapi abdi teu nyaho jual siomay", kata Cecep. "Gampang, nanti saya ajarin", timpalku.

Waryanto
SMP Keluarga Widuri Cilandak
Jakarta Selatan

SEBUAH PENANTIAN PANJANG


Mungkin bagi sebagian orang gambar di atas hanya selintas di fikiran. "Ooh, anakku sewaktu bayi juga seperti itu", mungkin itu yang ada di fikiran mereka. Tapi bagi sebagian pasangan suami istri yang lain, gambar itu mampu menitiskan air mata. Bagaimana tidak, setahun, dua tahun bahkan lebih dari sepuluh tahun mereka menunggu kabar baik dari Allah 'azza wa jalla, tertitipnya ruh pada rahim yang mulia.

Masih ada dalam ingatan kita, bagaimana penyanyi Inul Daratista dan suaminya Adam berusaha meyakinkan Zat Yang Maha Mencipta bahwa mereka sanggup memerima amanah seorang bayi. Singapura-Jakarta pp, hanya untuk konsultasi ke ginekolog. Itulah makna judul di atas, perjalanan atau mungkin penantian yang panjang. Sebagaimana kita ketahui, bayi tidak serta merta tercipta. Allah memberitahu kita proses demi proses terciptanya makhluk Allah tersebut.

Sehingga, selayaknya kita sebagai orang tua, mengingat gambar itu sebagai bentuk pertanggung jawaban perilaku ibadah kita di dunia. Apakah LPJ kita didisposisi atau ditolak? Jadikan gambar tersebut pengingat untuk senantiasa luruskan niat kita dalam membesarkan dan mendidik anak kita.

Waryanto
Cilandak, Jakarta Selatan.
Cerita Kucing


BLACK DAN GREY
Sebuah Pengalaman Pribadi

Aprik 2017, aku didekati seorang muridku, saat mereka mengerjakan lembar tugas yang kuberikan. "Pak, dari postingan Bapak di efbe, kayaknya Bapak seneng kucing ya?", tanya muridku. "Ah, enggak cuma seneng liatnya aja", timpalku. "Pak, saya sedih. Ibu saya mau buang anak kucing angora punya saya", katanya. "Lah, kok dibuang?", tanyaku. "Dua duanya pengkor Pak", timpalnya. "Daripada dibuang kasih saya aja", tawarku.

Awalnya anakku yang bungsu merawatnya. Aku sebagai bapak hanya bisanya memberi, selanjutnya gunakan kata sakti -kok-. 'Kok belum dikasih makan, kok pupnya belum dibuang'. Setiap hari anakku rajin perawat grey dan black, itu julukan yang diberikan anakku kepada kedua kucing itu. Meski keduanya berkaki cacat, tidak mengurangi rasa sayang anakku.

Tibalah hari yang dinantikan anakku, tapi dinafikan olehku. Ya, hari itu aku mengantarkannya ke pesantren. Jatuhlah 'hak asuh' kedua kucing kepadaku. Minggu pertama its ok. Minggu kedua, baru kumenyesal menggunakan kata 'kok'. Betapa sulit memelihara kucing. Rasa sulit itu lama lama menjadi rasa sayang. Sampai tak terasa aku sering mengajak kucing-kucingku tidur bersama (terserah pembaca menginterpretasikan😀).

Waryanto
Cilandak, Jakarta Selatan