DASAR MENULIS
Pemilihan Kata, Penulisan Kalimat
dan Penyusunan Pragraf
Imam Fitri Rahmadi
“FANBOYS WATER BE SAW”
Pada
Pertemuan ke delapan ini kita mempelajari proses membentuk pragraf yang disusun
mulai dari pemilihan kata dan penulisan kalimat. “FANBOYS WATER BE SAW”, itulah
yang bisa saya ambil dari pertemuan malam tadi. For (untuk), And (dan), Nor
(maupun), But (tetapi), Or (atau), Yet (namun), So (sehingga) digunakan untuk
menggabungkan kalimat. Sedangkan kalimat kompleks dirangkai dengan menambahkan
kata seperti When (ketika), AfTER (setelah), BEcause (karena), Since (sejak), Although
(meskipun), While (sementara).
Imam
Fitri Rahmadi, adalah seorang penulis buku akademik, pengelola jurnal, dan reviewer jurnal, selain dosen sebagai
profesi utama. Beliau menerangkan bagaimana menulis sebuah paragraph yang
memiliki ‘rasa’. Mulai dari pemilihan kata, penulisan kalimat hingga penyusunan
paragraf. Pemilihan kata atau diksi digunakan untuk penulisan personal, formal
atau akademik. Kesalahan diksi akan berakibat kesulitan dalam penulisan kalimat.
Kalimat
terdiri dari kalimat sederhana (simple sentence), kalimat gabungan (compound
sentence), kalimat kompleks (complex sentence), dan kalimat campuran. Terdapat
4 macam kalimat majemuk: setara, rapatan, bertingkat, dan campuran. Ya, itulah
FANBOYS WATER BE SAW. Dengan magic words tersebut, sebuah kalimat, atau
gabungan kalmat, memiliki ‘rasa’ sesuai keperluan kita, apakah personal, formal
atau akademik.
Paragraf
adalah kumpulan kalimat yang mempunyai satu kalimat topik (topic sentence)
sebagai ide pokok atau gagasan utama (main idea) dan beberapa kalimat penjelas
(supporting sentences) sebagai detail yang menjelaskan ide pokok. Kita mengenal
dua jenis paragraf, deduktif dan induktif. Sebagai penjelas dapat digambarkan
dalam bagan berikut:
Fungsi gagasan utama adalah sebagai pengontrol
gagasan (idea controlling). Bentuk kalimat penjelas harus
bervariasi, terdiri dari kalimat gabungan dan kompleks, serta dilengkapi dengan
konjungsi sebagai transisi antar kalimat supaya paragraf mengalir dengan baik,
enak dibaca, dan mudah dipahami.
Baiklah
sekarang saya mencoba mengerjakan tugas pertama.
Tetap di rumah saja dinilai
sebagai salah satu cara yang paling efektif. Menggunakan masker ketika terpaksa
harus bepergian dan selalu menjaga jarak dengan orang lain merupakan cara
lainnya. Senantiasa jaga stamina dengan istirahat yang cukup juga dapat
dilakukan untuk menjaga imun tetap baik sehingga tidak rentan tertular.
Paragraf
di atas tidak ada gagasan utamanya. Saya mencoba memasukkan gagasan utama
sehingga menjadi:
#dirumahaja
adalah himbauan pemerintah dalam mencegah menyebaran virus Corona.
Tetap di rumah saja dinilai sebagai salah satu cara yang paling efektif.
Menggunakan masker ketika terpaksa harus bepergian dan selalu menjaga jarak
dengan orang lain merupakan cara lainnya. Senantiasa jaga stamina dengan
istirahat yang cukup juga dapat dilakukan untuk menjaga imun tetap baik
sehingga tidak rentan tertular.
Saya
juga mencoba mengerjakan tugas kedua.
Pandemi koronavirus mengubah pola
orang dalam bersosialiasi, bekerja, dan belajar di Indonesia.
Kalimat
ini adalah gagasan utama. Saya akan kembangkan menjadi sebuah paragraph.
Pandemi koronavirus mengubah pola
orang dalam bersosialiasi, bekerja, dan belajar di Indonesia. Sebelum pandemi ini
definisi belajar dan bekerja adalah berkumpulnya sejumlah orang yang memiliki
kesamaan ide, maksud dan tujuan dalam suatu ruang interaksi fisik dalam jangka
waktu tertentu. Pun demikian dengan sosialisasi dengan sesama. Harus ada ruang
interaksi fisik. Keadaan berubah karena suatu hal sehingga kita tidak
diperbolehkan kontak fisik (social and physical contact). Perlu definisi ulang
mengenai bekerja, belajar dan bersosialisasi. Ada bagian yang diganti yaitu
ruang interaksi fisik menjadi ruang interaksi maya. Demikian dengan pola
interaksi. Dunia maya yang memiliki keterbatasan membangkitkan kembali rasa toleransi
dalam berinteraksi.
Sekarang saya mencoba
membuat sebuah paragraf deduktif yang terdiri dari satu gagasan utama dan
beberapa kalimat penjelas.
Literasi numerasi di kalangan
pelajar masih sangat rendah. Hal ini dibuktikan dengan rendahnya tingkat
literasi numerasi Indonesia (Gerakan Literasi Nasional, Kemendikbud, 2017). Mindset
Literasi numerasi di kalangan pendidik dan pelajar hanya berkutat pada masalah
matematika dasar saja. Padahal literasi numerasi sejatinya adalah pengembangan
matematika dasar. Seperti mengestimasi dan menghitung dengan bilangan bulat, menggunakan
pecahan, desimal, persen, dan perbandingan, hingga menginterpretasi
informasi statistik. Literasi numerasi sangat dibutuhkan dalam era 4.0 ini.
Mohon
koreksinya mas Imam dan Om Jay di kolom komentar. Terima kasih sebelum dan sesudahnya.
mantap
BalasHapus