MENULIS TANPA IDE
Budiman Hakim
“Menulis bukan untuk menyenangkan
orang, tapi diri sendiri”
Kelihatannya
absurd mengatakan kita dapat menulis tanpa ide sehingga melahirkan tulisan yang
menarik. Kita terbiasa dalam alur ide jadi tulisan. Oleh Om Bud dibalik
alurnya, sebuah tulisan memaksa ide muncul. Kuncinya ada di EMOSI pembaca.
Tulisan kita harus mampu membangkitkan berbagai jenis emosi pembaca. Kita harus
memasukkan unsur emosi ke dalam tulisan kita. Tapi tanpa latihan kita sering
terjebak ke dalam writer’s block. Stuck dan blank yang kalau dipaksakan makin
ngawur, hilang esensinya. Om Bud memberi tips menghindarinya yaitu; 1) memanfaatkan
emosi. Emosi yang sederhana dalam kehidupan kita sehari hari. Misal, jangan pernah
seorang laki-laki menikah wanita idamannya sekampung. Haram hukumnya. Receh
kan? Tapi hal itu mampu membangkitkan emosi instan pembaca. Oleh Om Bud
disingkat CERPENTING, cerita pendek gak penting. Karena niatnya hanya
membangkitkan emosi, tidak lebih. Beliau memberikan dua contoh cerpenting. Di
lain waktu akan saya coba tuangkan cerpenting saya dalam blog ini. Mohon
koreksinya ya pembaca. Untuk memulai cerpenting latih dan asah rasa menulis
kita pada kejadian sehari-hari yang luput dari pengamatan orang kebanyakan. Tapi
setelah kita tulis, orang baru ‘ngeh’. Begitu kita melihat kejadian segera
tulis dimedia yang kita bawa. Bisa di buku notes, notes hp, atau yang lain
sehingga peristiwa itu tidak ambyar begitu saja. Begitu samapi di rumah segera
pindahkan ke folder khusus di laptop dengan nama yang familiar bagi kita.
Seperti GUDANG IDE, PENA BERJALAN, dan lainnya.
Yang
kedua, MEMANCING EMOSI. Seperti yang saya tulis di atas “Menulis bukan untuk
menyenangkan orang, tapi diri sendiri”. Begitu kita dapat emosi dari yang kita
lihat atau alami, konversikan menjadi ide tulisan. Jangan menunggu ide dating lalu
baru menulis. Menulislah dulu maka ide akan datang padamu, kata Om Bud.
Kita
sering melihat orang memancing, tapi tidak pernah ikannya masuk ke dalam
embernya sendiri. Harus dipancing, dan cari tempat memancing yang banyak
ikannya. Demikian pula dengan IDE. Dipancing di tempat yang peluang munculnya ‘mak
jegagig’ ide banyak. Om Bud memberikan
tipsnya, yaitu menuliskan enam benda sekitar kita dirangkai menjadi suatu
cerita yang membangkitkan emosi, bukan imaji. Gunakan semua indera kita,
kemudian perkaya rasa jiwa, lalu
tuangkan dalam tulisan.
Om
Bud menantang kita dengan kata SEPATU TUA, KASUR, KULKAS, PINTU, HANDUK DAN
PANCURAN. Oke, saya akan coba tulis di blog ini.
Menulis
adalah proses yang diperlukan latihan terus menerus. Tuliskan apa yang kita
lihat, dengar, raba, cium, rasa menjadi sebuah ide yang dituangkan dalam
tulisan. Tulislah sampai terpuaskan rasa kita. Setelah itu edit semua tata
bahasa dan nilai-nilai tadi kita masukkan. Di sinilah hati nurani menjadi
sensor kita. Kita jangan terjebak pada fiksi atau non fiksi biarkan mengalir.
Usahakan emosi yang kita dapatkan pertama sebagai induk ide. Setelah itu kita
dapat membuat turunannya pada tulisan berikutnya. Hingga terbentuk sebuah buku.
Twist tetap diperlukan karena berfungsi
memaksa pembaca menghabiskan buku kita. Tetapi jangan dipaksakan. Bikin cringe
dan ilfil pembaca, yang ujung-ujungnya kita di bully.
Terakhir
Om Bud mengajak kita untuk masuk ke
website thewriters.id . Oke siap Om.
Mantul
BalasHapus